Sunday 29 January 2012

Antara Ego dan Perasaan (See The Truly Friendship)

                “heeeeey, sendirian aja?” sapaku pada Krisna sahabatku sejak Sekolah Menengah.
                “iya, aku nungguin kamu daritadi. Kamu darimana aja? Kok smsku nggak dibales?” ujarnya
                “Handphoneku baterainya habis. Maaf, yaudah ayo masuk” ajakku
Kami berdua menuju SMP 1 Karangmojo. Disana kami dulu dipertemukan hingga menjadi sahabat seperti saat ini. Sampai didalamnya kami hanya jalan-jalan. Ke kantin, ke perpustakkan yang sudah hampir tutup, ke ruang guru yang sudah tidak ada gurunya karena sudah pulang, menengok bekas kelas kita dahulu. Tidak banyak yang berubah memang dari sekolah itu, yah walaupun sedang ada rehabilitasi pada laboratorium biologi dan ruangan disampingnya. Tak lama setelah kita jalan-jalan mengeliling sekolah itu handphone Krisna berdering, ternyata teman kami Jess dia mengirim pesan singkat bahwa dia hampir sampai di sekolah, dia sedang dalam perjalanan menuju sekolahan ini. Kita memang berencana untuk pergi bersama ke sekolah ini untuk sekedar melepas rindu. Sekitar 10 menit kemudian Jess sampai dengan wajah berbinar karena akhirnya kita akan berkumpul lagi. Yah, kita sekelompok sahabat yang terbentuk dari SMP ini yaitu : aku, Krisna, Jess, Fanny, dan Alana.
                Sudah cukup lama kami bertiga mengelilingi sekolah dan sesekali mengambil foto untuk sekedar kenang-kenangan. Kami mulai merasa bosan dengan kegiatan monoton semacam itu. Kami sepakat untuk keluar dari arena sekolah dan duduk-duduk di warung depan sekolah. Kami beriga bingung apakah dua teman lainnya lupa akan undangan untuk datang ke SMP hari ini? Atau memang ada kepentingan yang tidak bisa ditinggakan sampai-sampai untuk sekedar memberi  kabar saja tidak sempat. Namun tiba-tiba ada motor menghampiri kita, dan dialah Fanny.
                “kok baru dateng?” tanyaku
                “iya, tadi ada rapat OSIS dulu. Maaf yaa aku nggak ngabarin” ucapnya menyesal
                “ah nggak apa-apa kok yang penting sekarang kamu datang” kata Krisna
                “iya santai aja kok tenang, nggak usah merasa bersalah gitu” ucap Jess meyakinkan Fanny
Kita banyak bercerita tentang masa-masa awal masuk SMA dan kebetulan saja kami berempat merasakan hal yang sama, yaitu merasa asing dengan suasana dalam kelas dan menginginkan untuk kembali bersama-sama seperti saat Sekolah Menengah. Mulai terlarut dengan cerita-cerita  ini kami mulai merasakan ada yang berat di kelopak mata kami. Daan taraaa yah kami hampir menangis dengan cerita-cerita ini. Karena kami menyadari ini adalah tempat umum kami tahan air mata yang hampir menetes ini dengan beberapa candaan khas dariku. Akhirnya air mata itu berubah menjadi gelak tawa.
                Karena asiknya kita bercerita, kami lupa waktu. Saat dilihat pada arloji jarum jam menunjukkan angka 15.35 dan ini sudah kelewat sore untuk pulang kerumah. Saat kami sudah akan pulang kerumah masing-masing, tiba-tiba Alana datang bersama teman SMAnya yang bernama Santi, mereka datang berdua sambil tertawa-tawa dan menyapa kami berempat ala kadarnya. Aku tersinggung jujur tapi tidak tahu bagaimana dengan yang lain, apakah mereka juga tersinggung dengan tingkah Alana. Ku pikir dia tidak mengindahkan undangan kami dengan niat untuk melepas rindu sama sekali, aku rasa dia sudah kehilangan sedikit kewarasannya setelah masuk SMA karena setahuku dia tidak pernah meakukan hal seperti ini sebelumnya. Dia dengan seenakknya ngacangin kita dan asik cerita dengan Santi teman barunya itu. Aku yang sudah mulai geram memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.
                “aku pulang duluan ya?” ucapku dengan nada malas
                “loh, kenapa buru-buru? Aku kan baru saja datang” cegah Alana
                “sudah sore, hari mulai gelap aku takut dimarahi ibuku. Sudahlah aku pergi duluan” lalu aku pergi meninggalkan mereka. Tak lama setelah aku pergi, aku lihat Jess dan Fanny berboncengan dan aku kira mereka juga hendak ulang dan karena kebetulan rumah Jess dan Fanny dekat maka mereka pergi berdua dengan menaiki sepeda motor milik Fanny. Yah sekarang aku tahu jawabannya, mereka juga kecewa dengan tingkah Alana.
                Hari berganti hari dan sikap Alana makin aneh dan tidak karuan. Dan benar saja aku pikir sebagian urat warasnya sudah putus. Tak ada satupun sms dari Alana yang masuk ke handphoneku dengan maksud untuk menanyakan kabar atau yang penting lainnya isinya hanya beberapa kata yaitu “like statusku ya”  dan itu nggak cuma sekali tapi berkali-kali. Aku yang mulai merasakan risih dan janggal akhirnya angkat bicara masalah ini. Aku mulai mengupdate status dan ngetweet di twitter yang isinya menyindir Alana. Dan entah urat pekanya juga sudah putus atau bagaimana aku kurang tahu, dia tidak merasa tersindir sama sekali.
                Aku mulai geram dan memutuskan untuk bercerita pada Krisna tentang masalah ini, aku nggak mau persahabatan yang sudah dibangun hampir dua tahun ini kandas begitu saja. Karena aku anggap dia selalu bisa menjadi penengah saat terjadi konflik, tanpa pikir panjang aku segera menghubungi nomornya.
                “halo, ada apa Din?” suaranya terdengar jelas dari seberang sana
                “aku pengen curhat Kris, kamu ada dimana?” aku menerangkan apa yang ingin kulakukan tanpa banyak basa-basi
“aku dirumah kok, kesini saja kalau mau cerita. Tapi aku belum mandi hehe” Krisna sedikit bercanda karena dia tahu apa yang akan aku bicarakan dan dia tidak mau suasana sangat tegang
“ah kamu kebiasaan jam segini belum mandi, yasudah aku persiapan dan mandi dulu. Sampai ketemu nanti ya?” ucapku
                “iya, hati-hati dijalan ya nanti” jawabnya lalu mematikkan telponku.
Aku bergegas mandi dan persiapan lainnya seperti alat-alat yangsekiranya nanti dibutuhkan untuk survival diperjalanan kerumah Krisna. Sesampainya disana, Krisna ternyata sudah mandi dan menyapkan beberapa cemilan untuk aku habiskan. Kami pergi ke kamar milik Krisna dan aku memulai ceritaku tentang Alana yang berubah drastic dan mencurigakan.
                “Kris, kamu sadar nggak kalau misalnya banyak yang berubah dari Alana, kamu ngerasain juga nggak?” tanyaku membuka pembicaraan
                “iya, tentu aku merasakannya dan aku rasa semuanya merasakannya bukan hanya kamu dan aku” jawab Krisna
                “yah aku juga berpikir seperti itu kalian pasti merasakan hal yang sama denganku. Tapi aku cuma minta pendapat dan saran tentang gimana kita harus mengahadapi perubahan sifat Alana” ucapku panjang lebar
                “aku sudah beberapa kali diskusi dengan Jess lewat sms. Kamu kemana aja tiap d isms nggak pernah bales, segitu betahnya kamu nggak punya pulsa” Krisna berkata dengan nada sedikit menyinggung
                “baguslah kalau seperti itu. Bukannya betah Kris tapi ini komitmen. Aku males setiap punya pulsa nggak ada yang menghubungi aku dan giliran masa pulsa kritis banyak yang punya kepentingan denganku. Makanya aku betah sekali nggak punya pulsa karena itu sudah komitmen” jawabku member alasan.
Obrolan kami berlangsung sangat lama dan yah waktu sudah semakin siang dan aku belum makan sama sekali apalagi minum obat. Aku memang punya penyakit kurang darah yah makanya hidupku bergantung dengan obat. Krisna yang menegrti tentang keadaanku segera tanggap dan mengajakku makan, tanpa rasa sungkan aku menerima tawarannya. Setelah makan dan melanjutkan diskusi tentang perubahan sikap Alana aku pulang.
                Hari berganti hari dan benar saja Jess dan Fanny mulai banyak mengeluh dengan sikap Alana yang berubah drastis. Fanny mengeluh karena dulu laki-laki yang ia sukai malah dekat dengan Alana dan dengan sengajanya Alana memamerkan kedekatannya dengan laki-laki itu. Bukan hanya Fanny yang mengeluh, namun Jess juga mulai geram karena sifat Alana yang sekarang sangat bertolak belakang dengan Alana yang dahulu. Mulai dari saat berpapasan dijalan dan Alana melihat Jess namun bukannya menyapa atau mampir menemani Jess seperti biasanya, Alana justru hanya melengos tanpa sapaan atau senyuman untuk Jess.
                Suasana semakin memanas manakala Jess dan Fanny mulai menyindir Alana lewat update status mereka namun anehnya Alana seperti sudah benar-benar kehilangan urat peka, dia tidak menggubris update status tentang dirinya dan malah semakin menunjukkan kalau memang dia sudah benar-benar tidak peduli dengan kita. Dia malah mengupdate status tentang kisah cintanya yang sangat konyol dan kekanak-kanakan. Sampai aku geram akan semua status mereka di facebook, aku merasa risih dan terganggu.
                Dan pada suatu hari Fanny dan Jess bersama-sama mengirim sms untukku yang berisi tentang kelakuan Alana yang mulai keterlaluan, tak lama setelah aku mendapat sms dari mereka aku lihat Alana mengupdate statusnya yang berisi menyindir KAMI bukan hanya Jess, aku, ataupun Fanny namun KAMI yah termasuk Krisna maksudku. Tentu saja emosiku meledak saat itu, sudah jelas Alana yang salah namun dia malah menyalahkan kami aku tidak tahu bagaimana jalan pikirannya saat ini. Sampai akhirnya aku mengupdate statusku yang isinya seperti ini :
STOP MEMBUAT STATUS MENYINDIR ATAU YANG LAINNYA, AKU MUAK GUYS! AKU CAPEK DENGAN TINGKAH KALIAN YANG KEKANAK-KANAKAN (DAN AKU JUGA KEKANAK-KANAKAN) HENTIKAN SEMUA INI DAN BIARKAN KITA TAHU SIAPA YANG SALAH DAN SIAPA YANG MENYALAHKAN! Fanny Lauw, Jessica Skandar, dan Alana Arista N.
Aku dengan sengaja mengtag nama akun facebook Fanny, Jess, dan Alana , yah supaya mereka tahu dan segera sadar akan segala kesalahan dan sesuatu yang telah mereka perbuat, oh oke bukan lebh tepat kami perbuat. Awalnya mereka hanyamemberi tanda suka pada statusku itu namun lama-kelamaan Jess angkat bicara dengan cara mengkomentari statusku. Fanny dan Krisna ikut serta meberi komentar distatusku itu sampai akhirnya Alana mungkin merasa geram dengan semua komen sindiran yang ditujukan untuknya maka dia angkat bicara juga.
                Aktifitas memberi komentar distatusku berjalan sangat lama banyak komentar yang memojokkan Alana sampai akhirnya Krisna sebagai penengah mencoba untuk mendamaikan kita. Memang sudah dari sananya Fanny, Jess, Alana, dan aku adalah orang yang keras kepala, maka tidak ada yang meminta maaf duluan hingga Jess yang akhirnya mebuka sesi minta maaf. Aku dengan tegas tidak mau meminta maaf pada Alana karena memang pada dasarnya semua ini salah Alana, semua ini sebab dari ulah Alana yang aneh. Sampai  di laki-laki yang diperebutkan Alana dan Fanny angkat bicara pula distatusku dan memohon maaf pada kami karena telah membuat persahabatan kami rusak. Aku dengan mudahnya memaafkan dia agar dia tidak terlalu banyak ikut campur dalam masalah ini. Sampai masalah ini berlarut-larut selama 3 hari dan akhirnya Krisna berhasil meluluhkan sifat kami yang keras dan akhirnya kami saling meminta maaf dan memaafkan. Akhirnya kami sadar bahwa selama ini kami lebih mementingkan ego daripada perasaan kami. Kami telah diperbudak oleh ego yang sangat jahat dan menguasai pikiran kami. Kami tidak menghiraukan perasaan kami yang sebenarnya ingin persahabatan ini tetap utuh sperti sedia kala. Yah kami telah sadar, ternyata seharusanya kami lebih mementingkan perasaan daripada ego kami. Dan telah terbukti hasilnya jika kami lebih mengutamakan perasaan untuk bersatu maka kami akan bersatu.

***

No comments:

Post a Comment